Rabu, 20 Juni 2012

TENTANG SEPEDA TUA AYAH...


Hari ini aku sangat kecewa pada Ayah. Ternyata Ayah hanya memberikan sepeda tua itu sebagai hadiah ulang tahun ku. Jadi bukan sepeda baru seperti yang ku harapkan. Ahh, aku kecewa sekali. Apa kata teman-teman nanti?
Sepeda itu benar-benar jelek, modelnya sudah ketinggalan jaman. Bahkan catnya sudah mengelupas di beberapa bagian. Warnanya aku juga tidak suka. Tapi Ayah sangat bangga padanya dan mengatakan bahwa sepeda itu adalah warisan dari kakek. Ya ampun, bisakah kalian bayangkan betapa tuanya sepeda ini.
Hari pertama aku membawa sepeda itu ke sekolah, Badu temanku yang paling usil langsung mengejekku habis-habisan. Dikatanya sepeda itu butut, dan aku sama bututnya dengan sepeda itu. Semua orang segera melihat ke arahku dan mereka seperti bergantian mengejekku. Aku malu sekali sekaligus sebal. Rasanya ingin sekali aku marah, tapi benar juga kata Badu sepeda ini memang benar-benar butut. Harusnya sudah dimuseumkan di gudang belakang rumah !
Pulang sekolah aku memprotes Ayah. Kuceritakan semuanya namun Ayah hanya menanggapinya dengan santai. Aku juga mulai sebal dengan sikap Ayah yang seperti itu. Kenapa sih Ayah tidak pernah mengerti apa kemauanku. Hari itu aku benar-benar ngambek, meskipun pada akhirnya Ayah pun berjanji akan membelikan sepeda baru saat sudah punya uang nanti.
Besoknya aku masih malu-malu waktu mengendarai sepeda itu ke sekolah, Ya Tuhan aku merasa semua mata tertuju padaku dan mengejek aku.
" Iqbal dan sepeda butut, Iqbal dan sepeda bobrok !". Begitu kira-kira batin mereka.
Aku sangat malu dan sedih, seharian aku jadi murung. Hanya Dino dan Aldi sahabat baik ku yang bisa menghiburku dan mengatakan bahwa sepeda ku itu tidak butut. Hari hariku jadi tak bersemangat, jangan-jangan sepeda itu memang membawa sial. Huh !
***
Tapi pagi ini terasa berbeda, aku sedang berjalan di koridor sekolah ketika tiba-tiba terjadi keributan di ruang UKS.
"Pak Indra pingsan, asmanya kambuh !" Kata Bu silvi yang petugas UKS itu. Semua Orang tampak sangat panik, aku pun begitu.
Bu Silvi tampak tergopoh-gopoh keluar dari UKS dan menanyai kami yang masih panik di depan pintu UKS.
"Anak-anak, siapa yang tahu rumah Pak Indra ?"
"Saya Bu !" Jawabku, kebetulan sebenarnya Pak Indra itu adalah tetanggaku.
"Baik Iqbal, ini darurat!"
"Apa yang harus saya lakukan Bu ?" Aku jadi bertambah panik.
"Ibu perlu bantuan mu untuk mengambil obat asma Pak Indra yang tertinggal di rumahnya. Mintalah pada istrinya. Obat itu tidak tersedia di UKS kita !".
"Biar kamu diantar pak satpam !"
"Tidak usah Bu, saya naik sepeda saja, soalnya jalanan situ macet!"
"Ya sudah, tapi kamu hati-hati ya!" Pesan Bu Silvi.
"Siap Bu!"
Aku langsung mengambil sepeda bututku, lalu secepatnya meluncur ke rumah Pak Indra. Untung saja aku juga bisa menembus kemacetan di jalan itu, hingga dalam 15 menit aku bisa menemui istri beliau dan sampai di UKS lagi dengan membawa obat asma itu.
Dengan lari-lari kuserahkan obat itu pada Bu Silvi, lalu beliau menyuruh Pak Indra menghirupnya. Aku melihat wajah Pak Indra yang tadinya pucat pasi mulai membaik dan nafasnya kembali normal.
"Terima kasih ya Iqbal, kamu sudah menyelamatkan nyawa Bapak !" Kata pak Indra kemudian. Dia menepuk bahuku lalu kami sama-sama tersenyum. Tiba-tiba saja teman-teman bertepuk tangan riuh sekali.
"Iqbal sang penyelamat !" Mereka bersorak sorai. Ya Tuhan, benarkah aku telah menyelamatkan nyawa Pak Indra, aku hampir tak percaya.
***.
Aku senang sekali. Ku ceritakan semuanya pada Ayah, bahwa hari ini sepeda itu telah berjasa. Lalu Ayah menasehatiku :
"Begitulah Nak, walaupun sebuah barang itu sudah tua sekalipun, tapi akan tetap bisa berguna jika dimanfaatkan dan di rawat dengan sebaik mungkin!".
"Begitu ya Yah?". Tanya ku senang. Aneh sekali, baru sekarang rasanya aku begitu bangga menaiki sepeda itu !
"Jadi apa kamu masih ingin sepeda baru?" Tanya Ayah.
"Sepertinya tak usah Yah !". Jawabku mantap.
"Kenapa? Ini mumpung Ayah ada uang loh !". Pancing Ayah lagi.
"Tak usah Yah, mending uangnya untuk cat ulang body-nya saja. Iqbal terlanjur sayang sama sepeda ini !"
"Begitu ya? Bagus deh, akhirnya anak ayah ngerti juga !"
Kami tersenyum bersamaan, Ayah merangkulku erat sekali. Dan aku sudah berjanji tak akan melupakan nasihat Ayah hari ini. Aku akan menjaga sepeda ini dengan sebaik mungkin !

Selesai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar