Selasa, 18 Agustus 2009

cerpen anak


THANK’S AND GOOD BYE TORI, WELCOME DORY !

Tori menikmati tidur siang dengan merebahkan tubuhnya di atas keset. Kepala mungilnya tersembunyi di antara dua kaki depannya yang menjulur ke depan, telinganya layu tertelungkup dan perut gendutnya kembang kempis oleh irama nafasnya yang tenang. Dalam keadaan tidur pulas seperti itu, Tori terlihat sangat lucu dan mengemaskan.

Tadinya aku mencoba menggambarnya sebagai tugas dari guru kesenian-ku. Tapi ternyata menggambar Tori itu sulit. Belang-belang bulu dan bentuk tubuhnya yang lucu justru menjadi bagian tersulit ketika aku mencoba memindahkannya pada media kertas gambar. Tentu saja aku kecewa, Tori yang manis itu harusnya bisa menyumbangkan nilai plus untuk mata pelajaran seni-ku semester ini.

Akhirnya aku menyerah, ku letakkan pensil dan kertas gambarku , lalu kuamati Tori dalam tidur pulasnya :

Si Tori, kucing Persia jantan berbulu belang nan manis. Ku pelihara sejak kecil dari rumah kakekku. Ia penurut sekali padaku, mungkin karena aku juga sangat sayang padanya. Aku yang setiap hari memberinya makan dan seminggu sekali memandikannya, meskipun kadang membosankan merawat Tori menjadi menyenangkan ketika aku harus tinggal di rumah sendirian waktu kedua orang tuaku sibuk bekerja di kantor.

Kalau sedang sendirian di rumah, Tori menjadi temanku satu-satunya. Meskipun hanya seekor kucing Tori ternyata sangat berarti untukku. Dengan kelucuan dan kelincahannya ia bisa membuatku tertawa saat sedih, dan membuatku tetap bersemangat dengan tingkahnya yang menggemaskan. Entah kenapa kurasa Tori bisa memahami apa yang aku katakana. Akhirnya kami menjadi teman baik, meskipun dia tak pernah bicara padaku selain menggumamkan satu kata : “meong!”. Satu kata yang mungkin berarti : hallo…Bosss!”. He..he

*****

Ketika Tori sudah lebih besar , setiap pagi di hari libur ku ajak ia jalan-jalan keliling kompleks. Ia sangat senang, mungkin merasa bebas saat keluar rumah. Tapi suatu pagi yang cerah, ketika aku jalan bersama Tori musibah itu terjadi:

Waktu itu aku dan Tori jalan-jalan pagi melewati sebuah rumah tua yang kosong. Aku sedikit takut sebab saat itu sepi dan tak ada orang yang lewat.

Tori berjalan di depanku, sempat kuperhatikan ekornya berdiri; itu menandakan ia sedang siaga atau ketakutan. Kami berjalan pelan dan ragu, dan benar saja seekor ular sebesar lengan ayahku tiba-tiba menyerang ke arah kami. Aku menjerit dan tori mengaum keras –tak pernah ku dengar suara seram Tori yang seperti itu sebelumnya--.

Tori melompat dan menerkam bagian kepala ular yang nyaris saja menggigitku. Beberapa detik berlalu saat Tori berkelahi dengan ular itu, suara desis ular dan auman geram Tori membuatku termangu. Tubuh Tori terbelit, ia mengeong keras kesakitan . Tanpa memperhatikan luka-luka di kaki dan tanganku, ku ambil sebuah batu sebesar tinjuku sendiri. Ku lemparkan sekeras mungkin dan langsung menghantam kepala ular itu, yang terpuruk di tanah dan pingsan.

Tori berjalan terpincang-pincang, kakinya berlumuran darah dan tampak dua lubang besar bekas gigitan ular ganas itu. Aku terduduk lemas, kejadian mengerikan yang baru saja itu betul-betul membuatku ‘syok’, begitu pula Tori, ia merebah lemas di kakiku dan memjamkan mata.

“Tori..Tori.!”teriakku dalam suara tertahan, sempat ku kira Tori sudah mati. Dan aku benar-benar tak sadarkan diri setelah itu.

***

Ketika terbangun aku telah berada di dalam sebuah ruangan yang serba putih. Selang infuse terpasang di lenganku. Tubuhku terasa sakit dan memar di sana-sini.

Di samping tempatku terbaring, Ayah dan Ibu tampak cemas menungguiku. Ibu membelai kepalaku dengan lembut, dan tampak tersenyum ketika aku mulai membuka mata.

“Nak..kau sadar ?” rintih Ibu, air mata mengalir di pipinya.

Aku hanya bisa menggumam, seluruh tubuhku sperti patah.

“bagaimana perasaanmu Nak ?”. Tanya Ayah.

“sakit!!”

“Tori di mana ?”. tiba-tiba aku teringat Tori, ingin saja kau melompat untuk melihat bagaimana keadaannya sekarang, tapi mereka tetap terdiam, air mata Ibu justru lebih deras mengalir

“Tori sudah nggak ada Nak, ia tak tertolong !” Jawab Ibu sedih.

Tori, kucing kesayanganku dan juga satu-satunya teman sejatiku di kala sendirian, kini telah tiada. Ia tak terselamatkan hanya karena dia seekor kucing. Orang-orang yang menolongku itu mengira Tori hanyalah kucing liar.

Tori satu-satunya teman dalam kesepianku, kini hanya meninggalkan kenangan indah yang semakin membuatku merindukannya.

Hari-hariku tanpa kehadirannya adalah hari-hari muram dan kesedihan. Sampai pada akhirnya suatu siang yang cerah, ibuku tiba dari kantornya dengan membawa sebuah bungkusan kardus. Tidak seperti biasanya hari I tu ibuku pulang lebih awal. Yang lebih menarik perhatianku adalah bungkusan kardus yang di bawanya. Sungguh aneh melihat ibu dalam seragam kantor necis-nya membawa kardus usang yang ada beberapa lubang di sudutnya.

“hey..Nak..kejutan.. !!”. Sapa ibu mencoba menghiburku yang terdiam sendirian di ruang tamu.

“apa itu bu..?”

Ibu meletakkan kardus itu di meja, samar-samar terdengar suara dari dalamnya :

“miauw..miauw”.

Aku langsung membukannya, seekor anak kucing merebah di atas serpihan serpihan kain sebagai alas tidurnya.

“anak kucing!” seruku senang.

“itu…keponakan Tori-mu!”. Jawab ibu smbil meletakkan tas mungilnya.

“betulkah Bu?”. Tanyaku penasaran.

“ sebenarnya tadi Ibu ke rumah Kakek, bukan ke kantor !” Jawab ibu tampak ceria sambil melepas sepatu high-heels-nya.

“lagian ibu pastikan mulai sekarang kamu takkan sendirian di rumah !”.

“kenapa begitu ?”.

“ibu sudah putuskan berhenti kerja, ibu tak ingin kejadian mengerikan seperti kemarin terulang lagi !”.

“wahh!!” seruku girang bukan main.

***

` Akhirnya aku tak sendirian lagi, aku tak kesepian lagi. Meskipun Tori tak mungkin pernah bisa kembali, kehadiran Dory—keponakannya ini—seperti mengembalikan sosoknya yang lucu dan menggemaskan itu. Mereka memang sangat mirip.

Dan yang paling membahagiakan adalah orang tuaku mulai berubah, mereka tak lagi hanya mementingkan pekerjaan. Kematian Tori dalam bencana itu, nampaknya telah menyadarkan mereka betapa aku masih membutuhkan kasih sayang mereka setiap saat.

Satu-satunya foto Tori yang pernah ku ambil saat bermain di taman, ku rekatkan dengan foto baruku bersama Dory. Di bawahnya ku tulis:

“THANK’S N GOOD BYE TORRY--

WELCOME DORY”

Melalui foto itu, aku bisa mengenang Tori, kucing manisku yang hebat.Mungkin ia memang telah tiada, namun kenangan bersamanya akan selalu ada di sini, di dalam hatiku.

Sekian

tegar

auguts 09


Tidak ada komentar:

Posting Komentar